Perbedaan Antropologi dengan
Ilmu-ilmu Sosial Lain
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Antropologi
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Misbah
Zulfa Elizabeth, M.Hum
Disusun
Oleh ;
Ainurrika Nadhifa (15010460)
Ahmad Dini Faiza R (1501046029)
Diana Syahrotussiyamah (15010460)
Saiful
Amin (15010460)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai bagian dari ilmu soaial,
antropologi lahir setelah ilmu-ilmu alam berkembang pesat, baik dari
perspektif, paradigma, pendekatan maupun metodologinya. Di dalam tradisi
ilmu-ilmu sosial, perkembanganya sangat pesat. Hal ini seirama dengan penaklukan
berbagai negeri lain di luar Negara Eropa. Seperti Asia, Amerika, dan Afrika.[1] Ilmu antropologi juga sebagai suatu ilmu yang
mempelajari mahluk anthropos atau
manusia, merupakan suatu integrasi dari pada berbagai macam ilmu yang
menyelidiki manusia dari berbagai aspek.[2] Sehingga
menimbulkan suatu pendekatan yang melihat manusia sebagai satu kesatuan. Ilmu
antropologi serta sub-sub ilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat banyak
dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal-balik. Antropologi
memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya ilmu-ilmu lain itu
masing-masing juga memerlukan bantuan antropologi.
Dalam makalah ini akan membahas tentang perbedaan Antropologi dengan ilmu – ilmu sosial lain. Seperti perbedaan Antropologi dengan Sosiologi, Antropologi dengan Sejarah, Antropologi dengan Arkeologi, Antropologi dengan Psikologi.
Dalam makalah ini akan membahas tentang perbedaan Antropologi dengan ilmu – ilmu sosial lain. Seperti perbedaan Antropologi dengan Sosiologi, Antropologi dengan Sejarah, Antropologi dengan Arkeologi, Antropologi dengan Psikologi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
perbedaan antropologi dengan sosiologi?
2. Apa
perbedaan antropologi dengan sejarah?
3. Apa
perbedaan antropologi dengan arkeologi?
4. Apa
perbedaan antropologi dengan psikologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perbedaan Antropologi dengan Sosiologi
Sosiologi dan antropologi memiliki
kemiripan yang sangat tinggi jika diamati secara sepintas. Keduanya memiliki
objek kajian yang sama yaitu masyarakat. Namun, demikian kedua disiplin ilmu
ini dapat dibedakan dari asal-usul, pendekatan kajian, metode kajiannya.
Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropoogi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenakan di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masayarakat yang tinggal daerah
yang sama (Koentjaraningrat,1992).
Sosiologi
adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perkembagan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya (Koentjaraningrat,1992).[3]
B.
Perbedaan Antropologi dengan Sejarah
Antropologi memberi bahan prehistori
sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Kecuali
itu, banyak masalah dalam historigrafi dari sejarah sesuatu bangsa dapat
dipecahkan dengan metode-metode antropologi. Banyak sumber sejarah berupa
prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno, sering hanya dapat
memberi peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas kepada bidang politik saja.
Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik tadi
sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tadi. Konsep-konsep tentang kehidupan
masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya,
akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar
belakang dari peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi obyek penelitiaannya.
Para ahli antroopologi sebaliknya
juga memerlukan sejarah terutama sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah
yang di datanginya. Sejarah itu diperlukan olehnya untuk memecahkan soal-soal
yang terjadi karena masyarakat yang di telitinya mengalami pengaruh dari suatu
kebudayaan dari luar. Pengertian terhadap soal-soal tadi baru dapat dicapainya
apabila sejarah tentang proses pengaruh tadi diketahuinya juga dengan teliti.
Kecuali mengetahui tantang sejarah dari suatu proses perpaduan kebudayaan, seringkali
terjadi bahwa sejarah tadi masih harus direkonstruksi sendiri oleh seorang
peneliti. Dengan demikian seorang sarjana antropologi seringkali harus juga
memiliki pengeahuan tentang metode-metode untuk merekonstrusi sejarah dari
suatu rangkaian peristiwa.[4]
C.
Perbedaan Antropologi dengan Arkeologi
Antropologi mempunyai sebagian tugas
, meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno dari zaman kejayaan
kebudayaan-kebudayaan tersebut, yaitu zaman sebelum manusia mengenal huruf,
atau zaman prehistori. Penelitian-penelitian itu dilakukan oleh sub-ilmu dari
antropologi yang bernama prehistori, dengan menggunakan sebagai bahan
penelitian sisa-sisa benda kebudayaan manusia yang tertinggal dalam
lapisan-lapisan bumi. Dengan demikian sub-ilmu prehistori dari ilmu antropologi
dari ilmu antropologi dapat dikatakan memperpanjang jarak waktu dari sejarah
kebudayaan manusia dengan bahan-bahan yang lebih tua dari piramida-piramida,
candi-candi, dan buku-buku kuno. Dan demikian pula ilmu arkeologi Indonesia dapat
kembali hinga zaman candi-candi atau prasasti-prasasti yang tertua (yaitu abad
ke-4), sedangkan ilmu prehistori dapat kembli himgga berpuluh ribu tahun
sebelum itu, ke zaman-zaman yang disebut zaman Neolithik, zaman Paleolithik dan
sebagainnya.
Lepas dari menambanh bahan dari zaman
yang jauh lebih tua, ilmu antropoloogi dapat juga memberi keterangan tentang
bagian dari kebudayaan sesuatu bangsa yang tidak dapat diberikan oleh ilmu-ilmu
lain yang meneliti kebudayaan, seperti ilmu arkeologi Indonesia misalnya,
meneliti kebudayaan-kebudayaan kuno dari
lapisan sosial kecil saja, yaitu lapisan sosial di istana raja-raja yang membangun candi-candi, dan
menulis prasasti-prasasti serta buku-buku kuno . Sebaliknya ilmu antropologi
Indonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang kebudayaan Indonesia pada umumnya dengan
memberikan kepada kita bahan tentang kebudayaan raktyat jelata yang tingga di desa-desa.
Arkeologi (atau ilmu sejarah
kebudayaan purbakala) pada mulanya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan
kuno dalam zaman purba, seperti kebudayaan Yunani dan Rum Klasik, kebudayaan
Mesir Kuno didaerah Mesopotamia, kebudayaan kuno di Palestiandan sebagainya. Di
Indonesia ilmu arkeologi antara lain meneliti sejarah dari Negara-negara
Indonesia-Hindu diantara abad ke-4 sampai abad ke-16 masehi.
Penelitian kebudayaan-kebudayaan kuno
tadi mempergunakan sebagai bahan penelitian, bekas-bekas bangunan kuno,
(runtuhan-runtuhan kuil istana, bangunan irigasi, piramida candi dan sebagainnya),
tetapi juga prasasti-prasati atau buku-buku kuno yang ditulis dalam zaman
kebudayaan-kebudayaan itu memuncak.[5]
D.
Perbedaan Antropologi dengan Psikologi
Antropologi psikologi merupakan
bagian dari ilmu antropologi, yang terutama berkembang di Amerika dan yang kini
sudah menjadi sedemikian luasnya, sehingga dapat dikatakan merupakan sub ilmu
tersendiri. Pengetahuan para ahli antropologi psikologi dalam ilmu,
teori-teori, dan metodologi psikologipun harus cukup mendalam.
Antropologi psikologi mula-mula
berkembang karena: (1)ada ahli-ahli antropologi yang dalam usaha memandang
suatu kebudayaan sebagai suatu kesatuan yang holistic, memfokus pada ‘’watak
khas’’ atau ethos, yang dipancarkan
oleh kebudayaan yang sedang diteliti, (2) karena ada yang berhasrat meneliti
sampai dimana konsep-konsep atau teori-teori psikologi yang dikembangkan
berdasarkan data dari kebudayaan-kebudayaan Eropa Barat dan Amerika
metropolitan, bersifat universal dan dapat diterapkan pada individu-individu yang
hidup dalam kebudayaan dan masyarakat diluar lingkungan itu, (3)juga karena ada
yang berkeinginan mendeskripsi kepribadian umum penduduk dari suatu kebudayaan tertentu dengan cara
yang lebih ilmiah dan lebih teliti.
Kecuali ketiga sebab tersebut di atas,
antropologi psikologi berikut semua metodologisnya juga berkembang karena
adanya perhatian baru terhadap suatu masalah yang lama sebelum ilmu antropologi
dan sosiologi ada, sudah ada dalam
filsafat sosial. Masalah itu adalah hubungan antara individu dan masyarakat.
Masalah lain yang juga merangsang perkembangan antropologi psikologi adalah
masalah pengaruh proses belajar pada kebudayaan manusia serta masalah
pergeseran orientasi nilai budaya.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
urairan diatas dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Sedangkan Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat,
perilaku masyarakat, dan perkembagan masyarakat.
Sejarah dan antropologi berbeda dalam
obyek kajian dan pendekatan. Obyek kajian antropologi adalah budaya, semetara
obyek kajian sejarah adalah suatu proses sosial. Antropologi juga menggunakan
pendekatan sinkronik ( meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu),
sementara sejarah menggunakan pendekatan diakronik ( memanjang dalam waktu
tetapi terbatas dalam ruang).
Antropologi dan arkeologi sama-sama
memiliki kajian budaya, namun keduannya dibedakan dalam titik waktu dalam
mengkaji budaya itu. Jika antropologi memiliki titik waktu kekinian, namun
arkeologi adalah masa lalu.
Perbedaan Antropologi dengan Psikologi menyangkut obyek
kajian, unsur kajian, dan pendekatannya. Antropolgi lebih focus membahas
tentang kajian pada komunitas masyarakat dengan unsur budaya, sedangkan
psikologi lebih focus kajiannya pada individu dengan unsur kajiannya psikologi
manusia.
Daftar
Pustaka
Syam, Nur, Madzhab-madzhab Antropologi, Yogyakarta:
LKis Printing Cemerlang, 2011.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrpologi, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000.
Elizabeth,
Misbah Zulfa, Antropologi Kajian Budaya
dan Dinamikanya ,Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.
Koentjaraningrat,
Sejarah Teori Antropologi, Jakarta:Penertbit
Universitas Indonesia, 1987.
Koentjaraningrat, Sejarah
Teori Antropologi II ,Jakarta: Universitas Indonesia, 2007.
[1]
Nur Syam, Madzhab-madzhab Antropologi (Yogyakarta:
LKis Printing Cemerlang, 2011), hlm 1
[2]
Koentjaraningrat, Sejarah Teori
Antropologi, (Jakarta:Penertbit Universitas Indonesia, 1987), hlm 1
[3]
Misbah Zulfa Elizabeth, Antropologi
Kajian Budaya dan Dinamikanya : (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015)
hlm. 41-42
[5]
Ibid, hlm 34-35
[6]
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II : (Jakarta, Universitas Indonesia,
2007), hlm 39-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar