Selasa, 13 Desember 2016

perbedaan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lain


                                        Perbedaan Antropologi dengan Ilmu-ilmu Sosial Lain
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Antropologi
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Misbah Zulfa Elizabeth, M.Hum


                                                                  Disusun Oleh ;                                                      
                                                Ainurrika Nadhifa               (15010460)
                                                Ahmad Dini Faiza R           (1501046029)
                                                           Diana Syahrotussiyamah    (15010460)
                                   Saiful Amin                         (15010460)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2016



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Sebagai bagian dari ilmu soaial, antropologi lahir setelah ilmu-ilmu alam berkembang pesat, baik dari perspektif, paradigma, pendekatan maupun metodologinya. Di dalam tradisi ilmu-ilmu sosial, perkembanganya sangat pesat. Hal ini seirama dengan penaklukan berbagai negeri lain di luar Negara Eropa. Seperti Asia, Amerika, dan Afrika.[1]   Ilmu antropologi juga sebagai suatu ilmu yang mempelajari mahluk anthropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari pada berbagai macam ilmu yang menyelidiki manusia dari berbagai aspek.[2] Sehingga menimbulkan suatu pendekatan yang melihat manusia sebagai satu kesatuan. Ilmu antropologi serta sub-sub ilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal-balik. Antropologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya ilmu-ilmu lain itu masing-masing juga memerlukan bantuan antropologi.
          Dalam  makalah ini akan membahas tentang perbedaan  Antropologi dengan ilmu – ilmu sosial lain. Seperti perbedaan Antropologi dengan Sosiologi, Antropologi dengan Sejarah, Antropologi dengan Arkeologi, Antropologi dengan Psikologi.
   
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa perbedaan antropologi dengan sosiologi?
2.      Apa perbedaan antropologi dengan sejarah?
3.      Apa perbedaan antropologi dengan arkeologi?
4.      Apa perbedaan antropologi dengan psikologi?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perbedaan Antropologi dengan Sosiologi
           Sosiologi dan antropologi memiliki kemiripan yang sangat tinggi jika diamati secara sepintas. Keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu masyarakat. Namun, demikian kedua disiplin ilmu ini dapat dibedakan dari asal-usul, pendekatan kajian, metode kajiannya.
           Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropoogi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenakan di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masayarakat yang tinggal daerah yang sama (Koentjaraningrat,1992).
Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembagan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya (Koentjaraningrat,1992).[3]

B.     Perbedaan Antropologi dengan Sejarah
           Antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Kecuali itu, banyak masalah dalam historigrafi dari sejarah sesuatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi. Banyak sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno, sering hanya dapat memberi peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas kepada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik tadi sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tadi. Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi obyek penelitiaannya.
           Para ahli antroopologi sebaliknya juga memerlukan sejarah terutama sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah yang di datanginya. Sejarah itu diperlukan olehnya untuk memecahkan soal-soal yang terjadi karena masyarakat yang di telitinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar. Pengertian terhadap soal-soal tadi baru dapat dicapainya apabila sejarah tentang proses pengaruh tadi diketahuinya juga dengan teliti. Kecuali mengetahui tantang sejarah dari suatu proses perpaduan kebudayaan, seringkali terjadi bahwa sejarah tadi masih harus direkonstruksi sendiri oleh seorang peneliti. Dengan demikian seorang sarjana antropologi seringkali harus juga memiliki pengeahuan tentang metode-metode untuk merekonstrusi sejarah dari suatu rangkaian peristiwa.[4]

C.     Perbedaan Antropologi dengan Arkeologi
           Antropologi mempunyai sebagian tugas , meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno dari zaman kejayaan kebudayaan-kebudayaan tersebut, yaitu zaman sebelum manusia mengenal huruf, atau zaman prehistori. Penelitian-penelitian itu dilakukan oleh sub-ilmu dari antropologi yang bernama prehistori, dengan menggunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa benda kebudayaan manusia yang tertinggal dalam lapisan-lapisan bumi. Dengan demikian sub-ilmu prehistori dari ilmu antropologi dari ilmu antropologi dapat dikatakan memperpanjang jarak waktu dari sejarah kebudayaan manusia dengan bahan-bahan yang lebih tua dari piramida-piramida, candi-candi, dan buku-buku kuno. Dan demikian pula ilmu arkeologi Indonesia dapat kembali hinga zaman candi-candi atau prasasti-prasasti yang tertua (yaitu abad ke-4), sedangkan ilmu prehistori dapat kembli himgga berpuluh ribu tahun sebelum itu, ke zaman-zaman yang disebut zaman Neolithik, zaman Paleolithik dan sebagainnya.
           Lepas dari menambanh bahan dari zaman yang jauh lebih tua, ilmu antropoloogi dapat juga memberi keterangan tentang bagian dari kebudayaan sesuatu bangsa yang tidak dapat diberikan oleh ilmu-ilmu lain yang meneliti kebudayaan, seperti ilmu arkeologi Indonesia misalnya, meneliti kebudayaan-kebudayaan kuno  dari lapisan sosial kecil saja, yaitu lapisan sosial di istana  raja-raja yang membangun candi-candi, dan menulis prasasti-prasasti serta buku-buku kuno . Sebaliknya ilmu antropologi Indonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang  kebudayaan Indonesia pada umumnya dengan memberikan kepada kita bahan tentang kebudayaan raktyat  jelata yang tingga di desa-desa. 
           Arkeologi (atau ilmu sejarah kebudayaan purbakala) pada mulanya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno dalam zaman purba, seperti kebudayaan Yunani dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno didaerah Mesopotamia, kebudayaan kuno di Palestiandan sebagainya. Di Indonesia ilmu arkeologi antara lain meneliti sejarah dari Negara-negara Indonesia-Hindu diantara abad ke-4 sampai abad ke-16 masehi.
           Penelitian kebudayaan-kebudayaan kuno tadi mempergunakan sebagai bahan penelitian, bekas-bekas bangunan kuno, (runtuhan-runtuhan kuil istana, bangunan irigasi, piramida candi dan sebagainnya), tetapi juga prasasti-prasati atau buku-buku kuno yang ditulis dalam zaman kebudayaan-kebudayaan itu memuncak.[5]

D.    Perbedaan Antropologi dengan Psikologi
           Antropologi psikologi merupakan bagian dari ilmu antropologi, yang terutama berkembang di Amerika dan yang kini sudah menjadi sedemikian luasnya, sehingga dapat dikatakan merupakan sub ilmu tersendiri. Pengetahuan para ahli antropologi psikologi dalam ilmu, teori-teori, dan metodologi psikologipun harus cukup mendalam.
           Antropologi psikologi mula-mula berkembang karena: (1)ada ahli-ahli antropologi yang dalam usaha memandang suatu kebudayaan sebagai suatu kesatuan yang holistic, memfokus pada ‘’watak khas’’ atau ethos, yang dipancarkan oleh kebudayaan yang sedang diteliti, (2) karena ada yang berhasrat meneliti sampai dimana konsep-konsep atau teori-teori psikologi yang dikembangkan berdasarkan data dari kebudayaan-kebudayaan Eropa Barat dan Amerika metropolitan, bersifat universal dan dapat diterapkan pada individu-individu yang hidup dalam kebudayaan dan masyarakat diluar lingkungan itu, (3)juga karena ada yang berkeinginan mendeskripsi kepribadian umum penduduk  dari suatu kebudayaan tertentu dengan cara yang lebih ilmiah dan lebih teliti.
           Kecuali ketiga sebab tersebut di atas, antropologi psikologi berikut semua metodologisnya juga berkembang karena adanya perhatian baru terhadap suatu masalah yang lama sebelum ilmu antropologi dan sosiologi ada,  sudah ada dalam filsafat sosial. Masalah itu adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Masalah lain yang juga merangsang perkembangan antropologi psikologi adalah masalah pengaruh proses belajar pada kebudayaan manusia serta masalah pergeseran orientasi nilai budaya.[6]    
          

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
           Dari urairan diatas dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Sedangkan Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembagan masyarakat.
           Sejarah dan antropologi berbeda dalam obyek kajian dan pendekatan. Obyek kajian antropologi adalah budaya, semetara obyek kajian sejarah adalah suatu proses sosial. Antropologi juga menggunakan pendekatan sinkronik ( meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu), sementara sejarah menggunakan pendekatan diakronik ( memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang).
           Antropologi dan arkeologi sama-sama memiliki kajian budaya, namun keduannya dibedakan dalam titik waktu dalam mengkaji budaya itu. Jika antropologi memiliki titik waktu kekinian, namun arkeologi adalah masa lalu.                                      
           Perbedaan  Antropologi dengan Psikologi menyangkut obyek kajian, unsur kajian, dan pendekatannya. Antropolgi lebih focus membahas tentang kajian pada komunitas masyarakat dengan unsur budaya, sedangkan psikologi lebih focus kajiannya pada individu dengan unsur kajiannya psikologi manusia. 





Daftar Pustaka

Syam, Nur, Madzhab-madzhab Antropologi, Yogyakarta: LKis Printing Cemerlang, 2011.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrpologi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Elizabeth, Misbah Zulfa, Antropologi Kajian Budaya dan Dinamikanya ,Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta:Penertbit Universitas Indonesia, 1987.
Koentjaraningrat,  Sejarah Teori Antropologi II ,Jakarta: Universitas Indonesia, 2007.
                                                                                                                             




[1] Nur Syam, Madzhab-madzhab Antropologi (Yogyakarta: LKis Printing Cemerlang, 2011), hlm 1
[2] Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta:Penertbit Universitas Indonesia, 1987), hlm  1
[3] Misbah Zulfa Elizabeth, Antropologi Kajian Budaya dan Dinamikanya : (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015) hlm.  41-42
[4] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrpologi :(Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2000), hlm 35-36


[5] Ibid, hlm 34-35

[6] Koentjaraningrat,  Sejarah Teori Antropologi II : (Jakarta, Universitas Indonesia, 2007), hlm  39-40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar