Dakwah
Pada Masa Khulafaurrasyidin (Abu Bakar
Ash-shidiq)
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Dakwah
Dosen Pengampu : Agus Riyadi, M.Si.
Disusun oleh:
Nurul Eka W. H (1501046028)
Ahmad Dini Faiza R (1501046029)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I
. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’
wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum
muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah”
artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas
Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri
diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Khulafaurrasidin
adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam sebagai
institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam
kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak
memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum
baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.
Dimulai dari perannya sebagai
penyerta perjalanan hijrah Rasulullah, kemudian menjadi imam dalam shalat
berjamaah dan perannya terus bergerak dalam dakwah Islamiyah hingga ia naik
kepuncak pimpinan Khalifah menggantikan Rosulullah SAW. Maka ia adalah seorang as-shidiq yang sesungguhnya. Sebab dia
adalah salah satu penyebab (pembawa) kejayaan Islam. Dengan cirri khasnya yang
cerdas dan berbudi lembut, ia justru merupakan sosok yang paling tepat untuk
menghadapi situasi setelah meninggalnya Rasulullah.[1]
II . Rumusan Masalah
A. Siapa Abu Bakar
As-shidiq?
B. Bagaimana dakwah
pada masa Abu Bakar Ash-shidiq?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Khalifah Abu Bakar
Ash-Shidiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin
Abi Kuhafah at-Tamimi. Pada masa kecilnya abu bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama
ini diberikan kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sekwaktu mengandungya.
Kemudian nama itu di tukar oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah. Gelar Abu
Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam,
sedang gelar as-shidiq yang berarti
‘’amanat membenarkan’’ adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat
segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama
peristiwa Isro’ Mi’roj. Ayahnya bernama Usman bin Amir bin Amr binSa’d bin Taim
bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Thalib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya
bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr yang berasal dari keturunan Quraisy. Garis
ketrurunan ayah dan ibunya bertemu pada neneknya yang bernama Ka’ab bin Sa’ad
bin Taim bin Murra. Kedua orang tuanya berasal dari suku Taim, suku yang
melahirkan banya tokoh terhormat.[2]
Sejak kecil Abu Bakar dikenal sebagai anak yang baik, sabar, jujur, dan lemah
lembut sehingga Abu Bakar banyak disenangi masyarakat. Abu Bakar menjadi
sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih remaja. Setelah dewasa Abu Bakar mencari
nafkah dengan jalan berdagang, sebagai pedagang Abu Bakar dikenal amat jujur, berhati
suci, dan sangat dermawan. Selain itu, Abu bakar dikenal mahir dalam ilmu
nasab. Abu Bakar menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku
Arab, bahkan juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan derajat
masing-masing dalam bangsa Arab.[3]
B. Dakwah Pada Masa Abu Bakar Ash-shidiq
1. Menyerukan
Dakwah Perdana
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Abu Bakar dan Nabi Muhammad
SAW serta beberpa sahabat lainya pergi kemasjid. Mereka duduk bersama-sama di
dekat Ka’bah. Saat itu, Abu Bakar
memohon izin kepada Nabi SAW untuk menyerukan dakwah Islam kepda kaum
musrikin Quraisy. Nabi mengingatkan Abu Bakar bahwa jumlah kaum muslimin masih
sedikit dan belum kuat untuk dakwah secara terbuka. Namun, karena semangat keislaman
yang membara dalam dada Abu Bakar, dia tetap bersikukuh memohon pertimbangan Nabi
SAW agar diizinkan. Akhirnya, Nabi mengizinkan Abu Bakar melakukannya. Abu
Bakar lalu berdiri di tengah-tengah
masjid dan berkhotbah dengan suara lantang, berseru kepada kaum musrikin Quraisy
dengan harapan agar mereka mengikuti seruan Allah dan utusan-nya, Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan, Nabi tetap duduk bersama dengan kaum muslimin lainya. Setelah
seruan Abu Bakar terdengar oleh sebagian kaum musrikin Quraisy, tak lama
kemudian mereka datang berbondong-bondong seraya mengerumuni Abu Bakar. Mereka
melakukan aksi kekerasan kepada Abu Bakar. Bertubi-tubi ia dipukuli oleh kaum
musrikin. Karena tak tahan terhadap pukulan-pukulan keras mereka, Abu Bakar
akhirnya terjatuh. Ketika mencoba melarikan diri, dengan segera ia ditangkap
oleh Utbah bin Rabi’ah, salah seorang pemuka kaum musrikin Quraisy, lalu Abu Bakar
dibanting hingga terjatuh lagi. Kemudian, ia dinjak-injak dengan terompah yang
berpaku hingga hidungnya mengalami cedera hebat. Tiba-tiba saat itu datang orang-orang
dari keturunan keluarga Taimi yang masih non muslim, sengaja hendak
menolongnya. Dengan segera mereka mencegah aksi kekerasan berikutnya oleh kaum
musrikin Quraisy. Terbebaslah Abu Bakar dari penganiayaan kaum musrikin Quraisy
yang sangat kejam itu. Kemudian ia dibawa pulang oleh keluarga keturunan Taimi
kerumah Abu Quhafah, ayah Abu Bakar. Setelah itu, mereka kembali ke masjidil
haram menemui kaum musrikin Quraisy yang telah memukuli Abu Bakar. Salah
seorang dari keluarga Taimi mengingatkan ,demi Allah! jika sekiranya Abu Bakar
mati terbunuh oleh kalian ,kami harus membunuh Utbah sebagai balasan kami.’’ Kemudian
mereka kembali kerumah Abu Quhafah untuk melihat keadaan Abu Bakar , apakah masih
hidup atau tidak. Dirumah Abu Bakar, mereka menemui kedua orang tuannya yang
sangat berduka melihat Abu Bakar yang terluka parah. Dengan takdir Allah, taka
lama kemudian sembuhlah ia dari luka-luka itu. Selama dalam kondisi sakit, Abu
Bakar selalu menanyakan tentang bagaimana keadaan Nabi SAW. Setelah sehat,
segera ia bersama ibunya pergi kerumah Nabi saw karena merasa khawatir kalau
Nabi SAW juga dianiaya oleh kaum musrikin Quraisy sebagaimana dirinya. Begitu
besar kasih sayang Abu Bakar kepada Rasulullah SAW. Ketika ia dan ibunya sampai
dirumah Nabi Muhammad SAW, Nabi memeluknya. Pada saat itu ibunya memperoleh
hidayah dan menyatakan beriman dan mengikuti seruan Nabi SAW dengan ikhlas.[4]
2. Abu
Bakar Ash-sidiq menjadi Khalifah
Senin 12 Rabiul awal 11 Hijriyah, merupakan wafatnya baginda
Nabi Muhammad SAW. Dimana pada waktu itu umat Islam sangat kehilangan sosok
pemimpin umat yang sangat mereka cintai. Meninggalkan kesedihan yang amat
mendalam dan juga menunjukkan kepanikan yang sangat luar biasa, karena mereka
bingung siapakah orang yang akan menggantikan atau meneruskan kepemimpinan
Rasulullah SAW nantinya. Pada waktu itu
munculah dua pendapat dari pihak kaum Muhajirin dan kaum Anshor tentang
siapa yang pantas menggantikan posisi Rasulullah SAW. Masing-masing
berpandangan, kelompok merekalah yang paling layak memimpin seluruh umat. Tak
ada yang dapat memungkiri, kedua golongan itu sama-sama memiliki kemuliaan dan
keistimewaan, dan mereka semua juga sahabat Rasulullah SAW. Kaum muhajirin adalah orang yang paling awal mengikuti
Rasulullah. Mereka sangat setia menemani Rasulullah dalam berdakwah. Mereka
rela meninggalkan harta sanak keluarga demi menegakkan agma Allah bersama
Rasulullah SAW. Disisi lain kaum Anshor juga termasuk kaum yang istimewa.
Merekalah para penolong sejati. Mereka berikan segala apapun yang mereka miliki
tanpa rasa segan dan penyesalan.
Dari perselisihan kedua belah kaum tersebut, kaum Anshor
mengajukan pemimpin mereka yaitu Sa’ad ibn Ubadah, pemimpin suku Khajraz, kala
waktu itu di auala Saqifah Bani Saidah.
Kemudian mereka mengabarkan kepda kaum Muhajirin agar mereka menunjuk salah
seorang dari mereka sebagai pemimpin kaum Muhajirin. Lalu pada waktu itu juga
kaum Muhajirin bergegas menemui kaum Ansor yang sedang berkumpul di Saqifah
bani Saidah. Saat tiba disana, sahabat Umar bin Khattab ingin mengajukan Abu
Bakar sebagai pemimpin kehadapan
mereka dengan alasan Abu Bakar
adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasullullah. Namun saat hasratnya untuk
berbicara tak tertahankan, Abu Bakar memegnag bahunya, dan kemudian Abu Bakar
bangkit untuk berbicara abahwa dua sahabatnya itulah malahan yang akan dibaiat
Abu Bakar. Disaat Abu Bakar mulai memegannga kedua tangan dari dua sahabt tadi,
Umar malah menanggapi dengan ucapan ‘’Demi Allah, seandainya saat ini aku
dibunuh dan mati, itu lebih ku sukai dibanding harus memimpin suatu kaum yang
di dalamnya Abu Bakar ‘’. Kemudian
seorang pemimpin dari kaum Anshor yaitu Sa’ad ibn Ubadah berkata ‘’Aku
menyetujui ucapannya, namun lebih baik jika masing-masing kita memilih seorang
pemimpin, dari kami seorang pemimpin dan dari Muhajirin seorang pemimpin ‘’.
Namun usulannya itu disambut suara riuh hadirrin. Ditengah keramaian itu,
tiba-tiba terdengar Umar bin Khattab berteriak lantang, ‘’Hai Abu Bakar,
bentangkan tanganmu,’’ saat Abu Bakar membentangkan tangannya, Umar bin kahttab
langsung membaiatnya. Orang-orang diam terkesima. Namun hanya sekejapan
tindakan Umar bin Kahttab itu langsung di ikuti kaum Muhajirirn dan kemudian
tanpa keraguan kaum Anshor pun membaiat Abu Bakar Ash-shiddiq r.a.[5]
3. Kepemimpinan
dan Kebijakan Abu Bakar As-shiddiq
a) Memerangi tiga golongan yang mengacaukan Islam.
Pada masa awal kepemimpinanya, Abu Bakar banyak mengahadapi
gangguan dari berbagai golongan antara lain: orang-orang murtad, golongan yang
tidak membayar zakat, dan golongan orang-orang yang mengaku menjadi Nabi.
Adanya orang-orang murtad karena mereka belum memahami Islam seacara
mendalam.Mereka baru taraf pengakuan atau masuk Isalam karena terpaksa.Golongan
yang tidak membayar zakat kebanyakan berasal dari kabilah yang tinggal di
Madinah seperti Bani Qothfah, Bani Bakar. Mereka beranggapan bahwa membayar
zakat hanya kepada Rasulullah, apabila Rasullulah meninggal maka tidak ada lagi
kewajiban membayar zakat. Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi telah
muncul hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah. Mereka
semakin berani melakukan kekacauan atas nama agama. Diantara orang yang mengaku
Nabi adalah:
1)
Musailamah Al Kadzab dari Bani
Hanifah.
2) Thulaikha Bin Khuwailid dari Bani
As’ad.
3) Saj’ah Tamimiyah dari Bani Tamim.
4) Aswad Al Ansi dari Yaman.
b) PengumpulanMushaf Al-Qur’an
Perang Yamamah merupakan perang dalam menumpas orang-orang murtad
yang mengkhwatirkan Umar Bin Khottob. Dalam perangYamamah terdapat 1200 tentara
Islam yang gugur syahid dan diantaranya adalah sahabat yang hafal Al Qur’an.
Kekhawatiran Umar mendorong untuk mengusulkan kepada kholifah Abu Bakar agar
mengumpulkan Al Qur’an dengan alasan agar al Qur’an tidak hilang dan tetap
lestari. Perdebatan terjadi antara Umar dan Abu Bakar, Abu Bakar menolak karena
Rasulullah tidak pernah memerintahkan sebelumnya.Tetapi atas penjelasan Umar
Bin Khottob yang rasional maka Abu Bakar menerima usul itu dan mengumpulkan
lembaran-lembaran Al Qur’an yang dihimpun oleh Zaid Bin Tsabit. Pengumpulan Al
Qur’an dilakukan dengan cara mengumpulkan Al Qur’an yang di tulis di tulang,
pelepah (kulit) kayu, lempengan batu kemudian disalin oleh Zaid Bin Tsabit di
atas kulit hewan yang sudah di samak. Lembaran-lembaran yang berisi tulisan Al
Qur’an yang telah dikumpulkan, di simpan di rumah Abu Bakar hingga meninggal. Kemudian
disimpan oleh Umar hingga meninggal dunia. Dan akhirnya disimpan di rumah
Khafsah Binti Umar.
c)
Perluasan Wilayah
Pada tahun ke 12 setelah hijroh Abu Bakar mengirim pasukan
ke Irak yang dipimpin oleh Kholid Bin Walid dan dibantu oleh Al Mustsanna Bin
Haritsah dan Qo’qok Bin Amr, Irak pada waktu itu jajahan kerajaan Persia,
sebelumnya Kholid Bin Walid telah mengirim surat kepada Hormuz panglima perang
Persia agar masuk Islam. Tetapi Hoymuz menolak dan lebih baik berperang melawan
pasukan Islam dari pada masuk Islam.Dalam peperangan ini pasukan Islam mendapat
kemenangan. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai oleh pasukan Islam adalah
Mazar, Walajah, Allis, Hirrah, Anbar, Annuttamar, dan Daumatul Jandal.
Untuk menaklukkan Syiria Abu Bakar mengirim pasukan yang
dipimpin oleh Usman Bin Zaid Bin Haritsyah. Pasukan Islam berhasil mengusai
negeri Qudho’ah, sedangkan untuk memperluas wilayah Islam Ke Syria lainnya, Abu
Bakar mengirim pasukan lainnya. Kedaerah Palestina dipimpin oleh Amr Bin Ash,
ke Roma oleh Ubaid Bin Jarroh, ke Damaskus dipimpin oleh Yazid Bin Mu’awiyah,
ke Yordania dipimpin Syurahbil Bin Hasana. Untuk mengahdapi pasukan Islam,
Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Heraklius mempersiapkan pasukan yang cukup
besar. Pasukan Islam juga bersatu dalam satu front besar. Kedua pasukan
tersebut bertemu di salah satu tempat bernama Yarmuk. Peperangan Yarmuk baru
berakhir pada masa pemerintahan Umar Bin Khottob.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu bakar lahir
dikota Makkah yang bersal dari keturunan suku Taim bin Murrah bin Ka’ab. Nama
bapaknya dalah Abu Qohafah, dan ibunya bernama Umi al-Khair. Nama asli Abu
Bakar yaitu Abdullah Abi Qohafah at-Tamimi.
Gelar
Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk
Islam, sedang gelar as-shidiq yang
diberikan Rasulullah SAW karena ia
seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-shidiq yang berarti ‘’amanat membenarkan’’ adalah gelar yang
diberikan kepadanya karena ia amat segera membenarkan Rasulullah SAW dalam
berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isro’ Mi’roj.
Abu Bakar melakukan dakwah perdana, beliau
berseru kepada kaum musrikin Quraisy dengan harapan agar mereka mengikuti
seruan Allah dan utusan-nya. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi
Khalifah yang dipilih oleh kaum Muhajirin dan Anshor. Pada masa
kepemimpinannya, Abu
Bakar banyak mengahadapi gangguan dari berbagai golongan antara lain:
orang-orang murtad, golongan yang tidak membayar zakat, dan golongan
orang-orang yang mengaku menjadi Nabi. Kemudian ketika masa kekhalifahannya
Umar ingin mengusulkan kepada Abu Bakar agar mengumpulkan Al Qur’an dengan alasan
agar al Qur’an tidak hilang. Tetapi terjadi perdebatan antara Umar dan Abu
Bakar, Abu Bakar menolak karena Rasulullah tidak pernah memerintahkan
sebelumnya
Daftar
Pustaka
Haikal, Muhammad Husain. Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-shidiq: Solo: CV. Pustaka Mantiq.
1994.
Djaelani,
M Bisri.
25 Tokoh Kunci Sukses Dakwah Rasulullah
SAW: Yogyakarta: Warta Pustaka 2005
Kusumawati, Zaidah, Dkk. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Diantara Para
Sahabat: Jakarta : Pt Lentera Abadi. 2013
Murad,
Musthafa. Kisah Hidup Abu Bakar
As-shiddiq; Jakarta: Zaman. 2007
Jamil, Ahmad. Sejarah Kebudayaan
Islam : Gresik: Putra Kembar Jaya. 2008
[1]
Muhammad Husain Haikal,Khalifah
Rasulullah Abu Bakar ash-shidiq: (Solo: CV. Pustaka Mantiq. 1994), hlm, 7.
[2]
Bisri M Djaelani, 25 Tokoh Kunci Sukses
Dakwah Rasulullah SAW, (Yogyakarta:Warta Pustaka, 2005), hlm 90-91
[3] Ibid
[4]
Zaidah kusumawati, ichwan fauzi. Dkk ensiklopedia nabi Muhammad saw diantara
para sahabat pt lentera abadi Jakarta 2013 halaman61-62
[5]
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar
As-shiddiq; ( Jakarta: Zaman. 2007), hlm. 107-112
Izin copas ya kak
BalasHapusThe Complete Guide to Gambling in Mississippi
BalasHapusHere 바카라 사이트 주소 you will find everything you need to know about gambling in Mississippi, including where 다 파벳 모바일 you 윌리엄 힐 can 넥스트 벳 legally play. How can you play 피망 포커 at casinos in Mississippi?